Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Dinas Perhubungan Jatim menghimpun usulan dan masukan terkait optimalisasi jalur perintis dari berbagai kalangan. Masukan diharapkan bisa menjadi dasar pengembangan jalur perintis di Jawa Timur.
Masukan-masukan tersebut dihimpun dalam acara kegiatan pembinaan angkutan laut di Pasuruan belum lama ini. Hadir dalam forum tersebut, dinas perhubungan kabupaten dan kota, UPT dan operator pelayaran.
Ini dilakukan sebab selama ini permasalahan utama angkutan perintis di Jawa Timur adalah terlalu lamanya waktu perjalanan kapal dalam 1 voyage. Dengan sistem crossing dalam pelayanan angkutan perintis, setiap kapal membutuhkan 7 hari sekali untuk dapat sampai di pulau yang sama.
Hal ini menjadi sangat kurang bila melihat kebutuhan masyarakat kepulauan dalam melaksakan aktivitas perdagangan atau hal-hal lain yang sangat mendesak.
“Jika ada anggota keluarga yang sakit harus menunggu 7 hari untuk mendapatkan layanan angkutan perintis, terutama di pulau-pulau terluar seperti Masalembo yang hanya mengandalkan angkutan laut perintis untuk terhubung dengan pulau Jawa dan Madura,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Jatim, Dr Ir Wahid Wahudi MT, mencontohkan.
Lamanya perjalanan dalam 1 round voyage disebabkan karena rute eksisting yang ada belum efektif dan sesuai dengan kebutuhan maupun keinginan masyarakat kepulauan. Empat rute yang ada harusnya dapat dimaksimalkan agar kehadiran kapal perintis di Jawa Timur benar-benar dapat dinikmati secara optimal.
“Oleh karena itu melalui Pembinaan Angkutan laut kita akan bersama-sama brainstorming dengan tujuan mendapatkan usulan-usulan yang kemudian akan kami sampaikan ke Kementerian Perhubungan terkait pengoptimalan angkutan perintis di Jawa Timur,” katanya.
Selain dijadikan bahan usulan, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur juga akan menampung segala masukan terkait upaya peningkatan konektivitas antar pulau di Jawa Timur, misalnya terkait fasilitas pelabuhan yang perlu untuk dibangun, diperbaiki ataupun dikembangkan.
Dikatakan Wahid, ini adalah wujud nyata bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur ingin membangun konektivitas yang terpadu dengan harapan dapat mengurangi disparitas antar pulau dan berdaya saing.
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur telah membangun pelabuhan-pelabuhan di kepulauan untuk mendukung konektivitas antar pulau seperti Pelabuhan Gili Mandangin, Gili Raja, dan Gili Ketapang. Hasil pembangunan ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dilayari oleh kapal-kapal pelayaran rakyat yang mengangkut sembako maupun penumpang.
“Kami ingin membangun pelabuhan besar yang mampu disandari kapal-kapal minimal 3000 dwt di pulau-pulau terluar Jawa Timur seperti Bawean, Masalembo dan Kangean. Ini agar pada musim-musim gelombang kapal tersebut masih diperkenankan untuk berlayar sehingga supply 9 (sembilan) bahan pokok ke kepulauan-kepulauan tersebut dapat terjamin keberadaannya. Dengan begitu, harga-harga bisa tetap stabil,” terang Wahid.
Jatim juga akan membangun pelabuhan di pesisir selatan Jawa agar dapat dilayani oleh angkutan perintis untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi kawasan Selatan Jawa Timur senyampang dengan penyelesaian JLS yang dibutuhkan outlet pelabuhan di kawasan tersebut. “Tahun ini sudah dimulai dengan membangun Pelabuhan Prigi di Trenggalek,” katanya.(red)