Surabaya - Penerapan sistem teknologi informasi (TI) di Terminal Teluk Lamong meraih Juara II Best IT System, pada kompetisi Indonesia Best e-Corp 2015 yang hasilnya diumumkan di Jakarta, Kamis (26/11/2015) kemarin.
Penilaian dewan juri untuk kompetisi sistem TI korporat tersebut didasarkan pada empat dimensi. Pertama, keunikan dan inovasi dalam mendukung proses bisnis perusahaan. Kedua, proses implementasi berupa sebaik apa sistem berjalan.
Ketiga, dari sisi efektivitas biaya. Dan, keempat, yang menjadi bobot penilaian terbesar yaitu impak bisnis atau hasil pemanfaat sistem terhadap bisnis yang dijalankan, bisa berupa efisiensi, profitabilitas, pengembangan bisnis baru.
Berdasarkan penilaian, sistem TI pada Terminal Teluk Lamong, yakni automated Terminal Operating System (TOS) dapat bekerja dengan mendigitalisasi data secara real-time dan memberikan instruksi kepada sumber daya sesuai perencanaan dan alokasi yang ada.
“Penerapan sistem TI tersebut memberikan efisiensi biaya hingga lebih dari Rp 2 miliar per tahun. Sementara hasilnya yakni tercapai kemudahan dalam pengurusan dokumen secara online, tidak harus dilakukan di terminal,” kata Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, Prasetyadi.
Prasetyadi juga menjelaskan manfaat lainnya, yakni petugas bea dan cukai dalam melakukan inspeksi dapat melaksanakan dari kantor mereka, tanpa harus berada di gate.Selain itu keunikan atau keunggulan lain dari TTL dari sisi teknologi ialah pada lapangan penumpukkan peti kemas, crane yang disebutnya sebagai Automated Stacking Crane (ASC) dikendalikan jarak jauh dari menara control. “Tanpa operator manusia, kinerja produktivitas dapat terukur dan meminimalisir faktor human error. Biaya operasional juga lebih efisien,” paparnya.
Manajer TI Terminal Teluk Lamong, Firmaniansyah, menambahkan, bahwa investasi sebesar Rp 80 miliar ditanamkan oleh Pelindo III untuk mengembangkan sistem automated Terminal Operating System (TOS) di TTL. Sistem TI tersebut menawarkan terobosan berupa otomatisasi pada alat berat, seperti crane, gate, dan truk.
Kata dia, tantangan dalam penerapan sistem tersebut ialah bagaimana menggabungkan dan mengintegrasikan beberapa sistem, mulai dari mitra bisnis dan sejumlah vendor. Misalnya mengintegrasikan operasional alat berat dengan software untuk menjalankan kegiatan terminal. Tantangan berikutnya ialah mengintegrasikan data TTL dengan institusi luar, seperti agen pelayaran, perusahaanforwarder, hinga pihak Bea Cukai.
“Namun yang paling menantang yaitu perihal change management. Contohnya bagaimana membiasakan petugas perusahaan pelayaran yang terbiasa mengurus secara fisik, diajak untuk berubah mengurus secara online,” ceritanya.
Anggota dewan juri dalam kompetisi tersebut antara lain, Richard Kartawijaya (CEO PT Graha Teknologi Nusantara), Prof. Riri Fitri Sari (Universitas Indonesia), dan All Mulk (PwC Consulting Indonesia). (red)